Saat dalam pendidikan menjadi
imam, alias masih frater, saya memiliki ketakutan. Bukan ketakutan dikeluarkan
karena nakal atau karena nilai tidak mencukupi target, tetapi takut sakit. Iya,
saya takut sakit dalam taraf cukup mengkhawatirkan sehingga harus istirahat di
kamar, makanan dan minuman diambilkan, dsb. Pendek kata, karena sakit itu lalu
saya harus tergantung kepada orang lain. Lha, saya sangat takut berada dalam
situasi tersebut.
Sejujurnya sih, bukan sakit itu
yang saya takutkan, melainkan akibat sakit itu yang membuat saya harus
bergantung pada orang lain. Pasalnya, saya ini jenis manusia mandiri yang
meyakini sungguh bahwa segala sesuatu lebih enak bila saya kerjakan sendiri.
Saya bisa merasa tersinggung atau terhina ketika harus bergantung pada orang
lain. Dan situasi sakit inilah yang saya benci, apalagi ketika saya harus
terbaring lemas di kamar atau di rumah sakit.
Syukur kepada Allah, selama
pendidikan di seminari saya tidak pernah mengalami sakit yang kemudian mengharuskan
saya berbaring lemas di tempat tidur. Selama sekian tahun saya selalu sehat
walafiat. Paling banter ya sakit flu, pusing, batuk, dan masuk angin. Sakitnya
ringan-ringan dan obatnya pun sederhana, yakni istirahat cukup dan banyak
makan.