26 September 2012

SEKEDAR OMONG KOSONG TENTANG WARNA-WARNA FAVORIT SAYA



Warna favorit saya itu ada dua. Tidak perlu banyak-banyak, sebanyak balonku yang dulu ada lima. Yang ketika meletus salah satu di antaranya, lalu membuat hatiku sangat risau dan kacau. Yah…, pengalaman itu membuat saya belajar bahwa jangan pernah memiliki sesuatu terlalu banyak. Karena dengan memiliki terlalu banyak, kita akan menggenggamnya terlalu erat dan akan merasa terlalu sedih bila kehilangannya. Maka, saya pun memutuskan untuk cukup memiliki dua warna favorit saja. Supaya bila suatu saat saya kehilangan salah satunya, saya tidak akan serisau dan sekacau ketika saya kehilangan salah satu balon saya dulu. Dan inilah kedua warna favorit saya: yang pertama adalah hijau dan yang kedua adalah biru. Ya, hijau dan biru!
Saya suka hijau bukan karena saya penggemar simpatik (sebagai pembeda dengan penggemar fanatik) klub sepak bola Persebaya. Bila demikian, sudah seharusnya saya membenci warna biru. Karena biru adalah warna kostum kebanggan Arema, klub bola kota Malang, yang merupakan musuh bebuyutan Persebaya. Kenyataannya, saya suka baik warna hijau, juga warna biru. Namun memang betul kalau saya tidak suka Arema, tetapi tidak demikian dengan warna biru yang melekat pada kostumnya. Hehehe…

Tetapi harus dipahami bahwa saya menyukai keduanya secara terpisah; warna hijau sebagai warna hijau dan warna biru sebagai warna biru. Maka bila warna hijau dicampur dengan warna biru, lalu menghasilkan warna yang baru, maka persoalannya menjadi lain. Belum tentu saya akan menyukai warna baru itu, sebagaimana saya menyukai warna-warna dasarnya, hijau dan biru.
Kesukaan saya terhadap warna hijau dan biru ini mendasari alasan, mengapa ketika saya masih TK dulu, lagu andalan yang selalu saya nyanyikan kalau maju di depan kelas adalah lagu “Pelangi-Pelangi”. Lho, mengapa? Saya mengidolakan lagu itu karena dalam penggalan liriknya, ada yang berbunyi demikian, “… merah, kuning, HIJAU, di langit yang BIRU…” Lha, ya itu alasannya! Karena kedua warna favorit saya tadi disebutkan dalam lirik lagu itu. Hebatnya lagi, bahkan disebutkannya secara berurutan, setelah hijau lalu biru! Gimana enggak hebat hayo? Jhaha! Dalam hal ini, saya memang harus berterima kasih terhadap si pencipta lagu, yakni A.T. Mahmud, dan si pelukis pelangi itu, yakni Agung (sebagaimana disebutkan dalam lagu). Mereka berdua inilah yang telah bahu membahu menginspirasi dan menciptakan lagu yang sedemikian indah, yang telah memberikan keceriaan dalam masa-masa kecil saya dulu.
                 Kedua warna itu, hijau dan biru, juga selalu berhasil membawa saya kepada kontemplasi hidup yang lebih dalam. Warna hijau itu selalu memunculkan bagi saya, suasana padang rumput yang sangat luas dengan pohon-pohon besar yang rindang; dimana udaranya sangat sejuk, angin berhembus sepoi-sepoi, cuaca begitu cerah, dan suara riuh ramai dari anak-anak yang bermain di sana. Rasanya begitu tentram. Inilah alasan utama mengapa saya sangat senang sekali menikmati pemandangan dengan hamparan warna hijau seperti sawah dan tanah lapang. Sedang warna biru sendiri selalu berhasil membawa saya kepada gambaran langit biru yang sangat terang dan cerah, namun tidak menyilaukan mata. Luasnya langit biru yng seakan tidak terbatas itu membawa sensasi pengembaraan hati yang damai. Inilah alasan utama saya mengapa tidak pernah menutup jendela kamar saya (kebetulan saat ini kamar saya berada di lantai 4 dengan pemandangan langit yang menakjubkan).
                Lalu apakah selain warna hijau dan biru, tidak ada warna lain yang memorable? Oh..., tentu saja ada, yakni warna kuning menyala. Warna kuning menyala ini selalu membawa saya pada pengalaman ketika melihat teman perempuan yang pernah saya kagumi sedang menyanyikan lagu serta menari sesuai koreografinya di depan teman-teman lain dalam kostum kuning menyala ketat. Pikiran itu sangat membekas dan juga mengganggu. Saya menyebutnya mengganggu karena kekaguman saya terhadap teman perempuan terkagumi itu tidak pernah berlanjut lebih jauh. Jhaha!!
                Namun meski saya menyukai warna hijau dan biru, lalu sedikit memiliki kenangan dengan warna kuning, tetapi anehnya semua koleksi kaos saya berwarna hitam. Lho, bagaimana ini bisa dijelaskan? Ah, penjelasan saya sangat sederhana. Saya memiliki koleksi kaos hitam karena kulit saya pada dasarnya gelap dan kurang cerah. Jadi, itu merupakan sebentuk kamuflase bagi kulit saya yang gelap ini supaya sedikit enak dipandang orang. Coba bayangkan bila saya memakai kaos putih. Betapa kontras dan menyedihkannya saya ini!! Maka demi terciptanya keamanan nasional, saya lebih suka memakai kaos hitam atau setidaknya warna gelap. Namun meski demikian, saya ini bukan jenis orang yang suka main gelap-gelapan. Karena konon katanya Tuti Wibowo, main di gelap-gelapan itu bisa membuat seorang perempuan hamil duluan dan telat 3 bulan. *Loh, kok?*
                Yah..., memang warna hijau dan biru itu tidak akan pernah ada matinya bagi saya. Meski saya sering bersentuhan dengan warna-warna lain selain mereka berdua, namun saya tetap setia kepada mereka. Sebagaimana mereka juga setia mewarnai hidup saya. Memang ada warna-warna lain yang ikut serta dalam hidup saya, namun kontribusinya tidak pernah sangat khusus dan besar sebagaimana dilakukan oleh kedua warna ini.
Meski kisah-kisah mengenai kedua warna favorit saya ini kadang terdengar konyol, namun secara serius hendak saya katakan bahwa, kedua warna ini sesungguhnya merupakan “warna dasar” dalam diri saya. Mereka memiliki kisahnya sendiri dalam hidup saya yang bisa jadi tidak dipahami oleh orang lain. Sebagaimana saya juga tidak paham mengapa ada orang yang suka pada warna ungu, padahal bagi saya warna itu adalah tanda duka serta warna khas bagi janda-janda. Sebagaimana saya juga tidak paham dengan mereka yang suka warna emas atau perak, yang bagi saya seolah-olah hal itu mencerminkan kecintaan diri pada harta dan kekayaan. Namun di antara semua itu, hal yang paling tidak bisa saya pahami adalah laki-laki yang suka warna merah muda alias pink. Bagi saya, laki-laki itu bukan saja tidak mudah dipahami, tetapi juga sudah TIDAK WAJAR!!
Sekarang, apa warna dasar anda?


Diakhiri secara rally alias maraton pada tanggal 25 September 2012
(setelah setahun menjadi sekedar bahan tulisan setengah jadi)
Pada pukul 21.30 WIB

3 komentar: