Momen berulang tahun itu
serupa dengan momen dimana sebuah titik pada suatu ban motor itu berputar untuk
kemudian kembali ke satu titik imaginer dimana dirinya berawal mula.
Bagi
saya momen ulang tahun itu merepotkan karena saya harus menerima perhatian dari
banyak orang dan uluran tangan yang mengucapkan, “Selamat ulang tahun ya, Ted.”
Namun meski menyebalkan, momen “mendapat perhatian” ini adalah sesuatu yang
menakjubkan. Semua perhatian tulus yang tercurah selama sehari itu bagaikan
sebentuk rentetan penghormatan, penghargaan, dan perhatian terhadap eksistensi saya
sebagai manusia yang hadir dan berada di dunia.
Maka
mesti ucapan selamat ulang tahun itu sepele dan kadang menyebalkan, hal sepele
itu akan berubah menjadi persoalan yang pelik ketika ia dilupakan oleh
seseorang yang sangat kita harapkan untuk mengingatnya dan mengucapkannya
kepada kita; seperti orangtua, kakak, adik, kekasih, suami, istri, anak, atau
orang-orang yang sangat berarti bagi kita. Maka tak heran bila kekasih kita
bisa marah kalau kita lupa memberi ucapan selamat ultah kepadanya. Dalam pengertian
tertentu, “pelupaan” ini adalah sebentuk pengabaian atau ketidakpedulian
eksistensial karena momen titik berulang dari keberadaannya di dunia ini diabaikan,
seolah-olah ia tidak pernah lahir dan ada di dunia ini. Jadi, selebrasi titik
imaginer ini memang bukan suatu keharusan untuk dirayakan, melainkan suatu
keharusan untuk dimaknai berulang secara mendalam.
Selebrasi
titik imaginer yang dilakukan setahun sekali ini dapat kita maknai sebagai
sebuah perjalanan waktu untuk kembali ke titik dimana ketika kita dilahirkan.
Ketika dilahirkan, orangtua kita tentu memiliki banyak doa, kegembiraan, dan
harapan yang dicurahkan kepada kita. Lalu saat ulang tahun adalah saat dimana kita
harus merenungkan kembali semuanya itu: “Apakah hidup saya saat ini sudah
sesuai dengan doa-doa dan harapan-harapan dari kedua orangtua saya? Apakah
hidup saya saat ini telah menjadi sumber kebahagiaan bagi orang-orang terdekat
saya?” Pertanyaan-pertanyaan ini sangat sepele. Namun sangat membantu kita untuk
melihat perjalanan hidup yang telah kita lewati sampai saat ini.
Rekan-rekan
terkasih, pada dasarnya merayakan ultah adalah merayakan syukur atas hidup yang
boleh kita peroleh. Karena itu sebisa mungkin, anda harus merayakannya. Bahkan
ketika kamu hanya dapat merayakannya sendiri, rayakanlah itu! Dalam kerangka
pikir demikian, tentu mengucapkan selamat ultah itu lalu merupakan sebentuk
bela rasa atas rasa syukur seseorang terhadap hidup yang diperolehnya. Dalam
hal ini, bela rasa yang demikian merupakan tindakan yang sangat luar biasa
terpuji.
Tulisan
ini jelas tidak bermaksud mempropaganda banyak orang untuk mengucapkan selamat
ultah kepada saya karena memang hari ini bertepatan dengan ultah saya. Tulisan
ini hendak menyadarkan kembali makna ultah dan pentingnya memberikan ucapan
selamat kepada mereka yang merayakan ultah.
Sekian
dari saya, semoga mereka yang ultahnya dekat-dekat ini, merasakan manfaat dari
sekedar membaca tulisan ini. Namun bila ultah anda masih jauh, metode refleksi
atas hari kelahiran ini selalu dapat digunakan sewaktu-waktu oleh anda ketika
anda membutuhkan waktu untuk merenung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar