02 Oktober 2012

SELEBRASI TITIK IMAGINER



Momen berulang tahun itu serupa dengan momen dimana sebuah titik pada suatu ban motor itu berputar untuk kemudian kembali ke satu titik imaginer dimana dirinya berawal mula.
Bagi saya momen ulang tahun itu merepotkan karena saya harus menerima perhatian dari banyak orang dan uluran tangan yang mengucapkan, “Selamat ulang tahun ya, Ted.” Namun meski menyebalkan, momen “mendapat perhatian” ini adalah sesuatu yang menakjubkan. Semua perhatian tulus yang tercurah selama sehari itu bagaikan sebentuk rentetan penghormatan, penghargaan, dan perhatian terhadap eksistensi saya sebagai manusia yang hadir dan berada di dunia.
Maka mesti ucapan selamat ulang tahun itu sepele dan kadang menyebalkan, hal sepele itu akan berubah menjadi persoalan yang pelik ketika ia dilupakan oleh seseorang yang sangat kita harapkan untuk mengingatnya dan mengucapkannya kepada kita; seperti orangtua, kakak, adik, kekasih, suami, istri, anak, atau orang-orang yang sangat berarti bagi kita. Maka tak heran bila kekasih kita bisa marah kalau kita lupa memberi ucapan selamat ultah kepadanya. Dalam pengertian tertentu, “pelupaan” ini adalah sebentuk pengabaian atau ketidakpedulian eksistensial karena momen titik berulang dari keberadaannya di dunia ini diabaikan, seolah-olah ia tidak pernah lahir dan ada di dunia ini. Jadi, selebrasi titik imaginer ini memang bukan suatu keharusan untuk dirayakan, melainkan suatu keharusan untuk dimaknai berulang secara mendalam.

Selebrasi titik imaginer yang dilakukan setahun sekali ini dapat kita maknai sebagai sebuah perjalanan waktu untuk kembali ke titik dimana ketika kita dilahirkan. Ketika dilahirkan, orangtua kita tentu memiliki banyak doa, kegembiraan, dan harapan yang dicurahkan kepada kita. Lalu saat ulang tahun adalah saat dimana kita harus merenungkan kembali semuanya itu: “Apakah hidup saya saat ini sudah sesuai dengan doa-doa dan harapan-harapan dari kedua orangtua saya? Apakah hidup saya saat ini telah menjadi sumber kebahagiaan bagi orang-orang terdekat saya?” Pertanyaan-pertanyaan ini sangat sepele. Namun sangat membantu kita untuk melihat perjalanan hidup yang telah kita lewati sampai saat ini.
Rekan-rekan terkasih, pada dasarnya merayakan ultah adalah merayakan syukur atas hidup yang boleh kita peroleh. Karena itu sebisa mungkin, anda harus merayakannya. Bahkan ketika kamu hanya dapat merayakannya sendiri, rayakanlah itu! Dalam kerangka pikir demikian, tentu mengucapkan selamat ultah itu lalu merupakan sebentuk bela rasa atas rasa syukur seseorang terhadap hidup yang diperolehnya. Dalam hal ini, bela rasa yang demikian merupakan tindakan yang sangat luar biasa terpuji.
Tulisan ini jelas tidak bermaksud mempropaganda banyak orang untuk mengucapkan selamat ultah kepada saya karena memang hari ini bertepatan dengan ultah saya. Tulisan ini hendak menyadarkan kembali makna ultah dan pentingnya memberikan ucapan selamat kepada mereka yang merayakan ultah.
Sekian dari saya, semoga mereka yang ultahnya dekat-dekat ini, merasakan manfaat dari sekedar membaca tulisan ini. Namun bila ultah anda masih jauh, metode refleksi atas hari kelahiran ini selalu dapat digunakan sewaktu-waktu oleh anda ketika anda membutuhkan waktu untuk merenung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar