Tingkat 3 |
*Juntos
Pandemos adalah motto hidup para calon
imam angkatan 21 Tahun Rohani - Malang. Juntos Pandemos selalu kami yakini
sebagai kata-kata dalam bahasa
Spanyol yang berarti “Bersama Kita Bisa”. Sayangnya dalam bahasa Spanyol yang sesungguhnya, bukan demikianlah ungkapan yang tepat
untuk menyatakan maksud kami tersebut. Yang benar adalah Juntos Podamos. Jadi,
kami salah total!!! Jhahaha… Tapi kami tidak ambil pusing dengan semua itu. Apapun
kata dunia, kami tetap meyakini bahwa arti Juntos Pandemos adalah selalu “Bersama
Kita Bisa”. Dan keyakinan kami ini tidak dibangun di atas dasar yang sia-sia,
tetapi dari pengalaman hidup kami bersama selama 5 tahun, yang terus menerus
menghidupi semangat “Bersama Kita Bisa” a.k.a Juntos Pandemos ini.
Tahun 2007 kami bertemu bersama di
Tahun Rohani - Claket, Malang, sebagai para calon imam dari berbagai keuskupan,
yakni Surabaya, Malang, Denpasar, Samarinda, Sintang, Tanjung Selor,
Palangkaraya, Pontianak, Ketapang, dan Sanggau. Saat itu kami berjumlah 32. Secara
perlahan tapi pasti, sebagaimana yang terjadi di semua instansi pendidikan
calon imam di seluruh dunia, jumlah kami menyusut. Alasan penyusutan jumlah ini
beragam; ada yang mengundurkan diri secara baik-baik, namun ada juga yang diminta mengundurkan diri oleh para formator dengan berbagai alasan. Sampai
akhirnya di tahun kelima, hanya 19 orang saja
yang bertahan di akhir proses pendidikan calon imam setingkat S-1 ini. Dari
jumlah yang bertahan di akhir proses ini pun, tidak semuanya maju ke jenjang pendidikan imamat yang lebih tinggi.
Proses 5 tahun ini bukanlah
kurun waktu yang bisa dikomentari secara sederhana sebagai suatu waktu yang
cepat dan tidak terasa. Karena secara faktual, kami telah merasakan banyak perkembangan
dalam diri kami, baik itu secara rohani maupun jasmani. Namun tidak tepat juga
bila dikatakan bahwa 5 tahun ini terasa sangat lama dan membosankan. Karena nyatanya toh saat ini kami
belum benar-benar rela untuk menghadapi keterpisahan kami masing-masing; kami
masih rindu untuk hidup bersama dalam kebahagiaan. Meski kami masih rindu untuk terus hidup bersama sebagai satu angkatan,
namun kami harus berbesar hati menghadapi kenyataan dan perubahan; kami harus
berpisah!
Setiap
pertemuan selalu diakhiri dengan perpisahan. Dan di mana-mana, perpisahan itu akan
selalu menyedihkan. Meski senantiasa ada doa dan harapan agar masing-masing yang
berpisah itu akan mengalami kebahagiaan dan kesuksesan, namun juga akan selalu
ada ketakutan dalam perpisahan itu, yakni bila mereka yang berpisah itu tidak akan
bertemu lagi. Dan bukankah inilah sesungguhnya ketakutan utama dari suatu
perpisahan; ketakutan untuk tidak dapat bertemu lagi?
Tetapi mengesampingkan ketakutan tersebut, ada
satu hal berharga yang senantiasa dapat kami simpan meski kami terpisah satu
sama lain atau bahkan mungkin tidak akan pernah dapat bertemu lagi. Sesuatu yang berharga itu bernama kenangan. Kenangan pernah
hidup bersama, berjuang bersama, bergembira bersama, bersedih bersama, bertengkar
bersama, dsb., adalah harta berharga yang tak akan pernah dapat kami lupakan. Sesuatu inilah yang kelak akan dapat menjadi
penghiburan tersendiri di hari tua kami, yakni ketika kelak di satu titik kami
menoleh ke belakang untuk melihat jejak-jejak perjalanan hidup kami. Momen-momen
hidup bersama sebagai satu angkatan ini akan menjadi kisah yang tidak akan
pernah dapat habis untuk dikisahkan dan dibagikan kepada orang lain.
Tahun Rohani |
Pada awalnya, kami berjumlah 32. Namun di 5 tahun perjalanan bersama,
sisanya kurang lebih tinggal separuh. Presentase berkurangnya personel hampir mencapai
50%. Berikut ini adalah profil singkat dari laskar jihad Juntos Pandemos, terutama
yang masih bertahan sampai kelulusan tahun 2012 (5 tahun sejak 2007):
- Nikolous Sujud – keuskupan Palangkaraya
Nama panggilannya adalah Niko. Namun
nama bekennya adalah Pak Bon atau Sujud. Ia merupakan putra daerah dari Keuskupan Palangkaraya, tepatnya dari Desa Penyombaan, Paroki St. Yoseph -
Kudangan KALTENG. Ia lahir tanggal 16 Mei 1985. Niko pernah
menjabat sebagai ketua angkatan di tahun kedua. Ia adalah frater penggila klub Real
Madrid dan idolanya adalah Cristiano Ronaldo. Ia bahkan sering ngotot mengaku
mirip CR7, meski jelas-jelas tidak mirip. Kalau bermain sepak bola di seminari,
ia sangat ditakuti lawan-lawannya. Ia ditakuti bukan karena skill-nya yang hebat, melainkan karena
suka menubruk lawan seenaknya dengan badannya yang gempal dan besar itu. Entah
sudah berapa jumlah korban jiwa yang melayang karena keganasannya tersebut. Dan
repotnya kalau diingatkan, ia justru menyalak, eh.., maaf, menyalahkan teman
yang katanya menghalangi jalur larinya. *tepok jidat* Meski demikian, di
kalangan para suster SSpS dan ibu dapur, ia adalah frater yang disayang dan dikenal
sangat baik. Karena selain ia ramah dan rajin berkunjung ke dapur (untuk
mengontrol kualitas), ia termasuk frater yang tidak repot soal makanan. Semua
makanan dapat dilahapnya dengan penuh sukacita, bahkan juga makanan
teman-temannya sampai-sampai sering terjadi huru-hara di refter. Prinsip
hidupnya adalah “makanlah sebanyak-banyaknya saat ini, karena siapa tahu besok
kamu akan mati dan tidak dapat makan lagi”. Subhanaallah,
jud... *geleng-geleng kepala dan
elus-elus perut*
- Simon Ludianto – keuskupan Palangkaraya
Ludi lahir tanggal 7 Juni 1988 dan berasal dari
Paroki St. Paulus Buntok KALTENG. Ia adalah frater putra daerah keuskupan
Palangkaraya. Di angkatan kami, ia adalah frater yang paling ngartis (hal ini bisa dilihat dari
koleksi fotonya yang selalu berpose bak foto model majalah Femina tahun 1990).
Konon, ia dulu bercita-cita jadi artis sinetron atau penyanyi. Sayang,
cita-citanya tidak pernah kesampaian karena ia tidak diizinkan orangtuanya
untuk ikut audisi di Jakarta, sehingga ia banting setir menjadi imam saja. Ikut
Indonesian Idol adalah salah satu
obsesinya. Bahkan karena saking getolnya, ia saban hari rajin ke ruang internet
seminari buat download video youtube
Indonesian Idol, Opera van Java, dsb. Mungkin kalau di Palangkaraya sudah punya
tv lokal, ia mau mendaftarkan diri jadi artis daerah. Katanya, “Yah..., meski
tidak bisa jadi artis ibu kota, jadi artis daerah juga boleh lah”. Bekal kursus
olah vokal di Gracisio Sonora akan
menjadi modal kebanggaannya untuk meniti karier di dunia entertainment. Oh iya,
jabatan paling bonafide, spektakuler, dan fantastis, yang pernah dipegangnya
selama di seminari Giovanni adalah presiden BEM STFT Widya Sasana Malang
periode 2010-2011. *uhuk uhuk hooeekkk* Meski jabatannya sangat tinggi di
antara kami, namun ia adalah sosok yang rendah hati (ini pengakuannya, tapi
silahkan tanya teman-temannya). Namun memang harus diakui bahwa ia memiliki
kepedulian yang besar terhadap teman yang lain. Salute untuk calon artis lokal
Palangka Raya satu ini.
Ki-ka: Ludi, Niko |
- Andreas Benoe Angger Putranto – keuskupan Surabaya
Nama panggilannya adalah Angger. Tidak dianjurkan
untuk memanggilnya Benoe, karena itu adalah juga nama bapaknya. Benoe ini, eh
maaf..., Angger ini adalah arek Suroboyo asli made in Rungkut, masuk di wilayah Paroki Roh Kudus. Ia lahir
tanggal 25 Juli 1988. Angger adalah anggota angkatan Juntos Pandemos dengan jam
terbang pastoral yang sangat tinggi, bahkan ia disebut-sebut sebagai Bapak
Pastoral Indonesia. Boleh dibilang ia adalah seksi humas kami yang sangat
handal. Segala urusan ke luar seminari, hampir pasti ditangani oleh teman kami
satu ini. Ia memiliki segudang talenta, dari fotografi, digital desain, editing
video, dsb. Khusus editing video, pokoknya setiap video di Youtube yang diawalnya dibuka dengan tulisan Temus Production, dapat dipastikan bahwa itu adalah karyanya. Karya
Angger yang paling fenomenal dan mengguncang seluruh komunitas calon imam
se-Malang Raya adalah video klip Keong
Ganas, hasil covering Keong Racun
milik Sinta Jojo. Bila penasaran, silahkan cari videonya di Youtube. Semoga masih ada dan tidak
disensor oleh pihak berwenang, polisi divisi cyber-crime. Di antara kami, ia adalah sumber kebahagiaan dan
kreativitas yang tak ada habisnya. Jabatan paling tersohor darinya adalah
ketika ia menjadi ketua panitia Giovannian dari angkatan kami. Pokoknya si
Angger ini serupa dengan baterai Alkaline
Energizer, nggak ada matinya dan ruuaarrrr biaasssaaa!!!!
- Bernadus Teddy Prasetyo – keuskupan Surabaya
Saya adalah pengarang tulisan ini dan biasa
dipanggil Teddy. Lahir 02 Oktober 1988 dan bertempat tinggal di Waru –
Sidoarjo. Di angkatan, saya menjabat seksi studi abadi, dari tingkat 1 sampai
tingkat 4. Seksi studi ini merupakan kamuflase bagi yang namanya seksi pengepul
ringkasan mata kuliah. Secara praktis, saya bekerja ketika mendekati masa-masa
UTS dan UAS. Saya harus memastikan bahwa setiap teman memiliki ringkasan dari
matkul yang diperlukan supaya mereka semua dapat lolos dari ujian-ujian dosen.
Meski menurut salah satu romo formator, ini adalah pekerjaan “kotor” dan
“haram” karena mencederai semangat pendidikan, namun demi masa depan teman-teman,
saya tetap mengerjakannya (maaf, bila dirasa terlalu didramatisir). Oh iya, selain
menjabat seksi studi abadi, saya dikenal sebagai pemain basket dengan jam
terbang tinggi. Di seminari, saya cukup disegani sebagai defender basket yang handal. Gerakan pertahanan saya yang terkenal
adalah “Kibasan Pantat Maut”. Gerakan maut ini sangat sukar ditiru, kecuali
anda punya modal pantat besar seperti saya. Apa? Pantat tepos? Maaf, bagi saya anda
lebih baik jadi penonton saja. Jhaha!!
- Stephanus Andrian Yudistira – keuskupan Surabaya
Meski nama lengkapnya keren, tapi ia biasa
dipanggil secara tidak hormat oleh teman-temannya dengan panggilan Doyok. Doyok
ini adalah putra paroki Mater Dei – Madiun, yang lahir 27 September 1986.
Ia bertempat tinggal di Jln. Setia Budi Timur 32b, Madiun. Pemuda bertubuh tipis
ini (maaf, sekarang katanya sudah agak gemukan) adalah pemain musik yang
handal. Keahlian gitarnya sudah setingkat dewa. Karena kepiawaiannya bermusik,
tak jarang ia (secara terpaksa) merangkap menjadi dirigen angkatan setiap tugas
koor seminari. Ia juga dikenal sebagai sosok yang memiliki otak cemerlang dan
tingkat kreativitas tinggi. Maka kemampuannya itu tak pernah disia-siakan dan
bakal diperas habis-habisan jika angkatan mendapat tugas kepanitiaan. Jhaha!! Oh
iya, Doyok ini kami kenal dengan baik sebagai pemuda dengan gejolak emosi yang
membahayakan sesama. Kalau hatinya senang, ia bisa ketawa-ketawa sendiri. Tapi susah
kalau ia sedang ada masalah. Dianjurkan supaya jangan dekat-dekat kalau tidak
mau mendapat semburan mematikan atau tampilan manyun dari wajahnya yang membuat
perut anda sakit. *larriii, Doyok ngamuk!!!* Namun pada dasarnya ia pria yang
dicintai banyak orang karena mudah bergaul. Saking hebatnya dirinya dalam
bergaul, ia hampir kenal dengan semua orang “kecil” di sekitar seminari; dari
penjual nasi goreng, tukang parkir Indomaret, tukang jaga konter pulsa, pemilik
toko Hot Mom, dan mash banyak lagi. Ia mengaku bahwa kunci suksesnya bergaul
cuma satu, yakni ketampanan wajahnya. HAH???
GAK SALAH DENGER TA, YOK??? Tampan dari Hongkong??? *iket Doyok paki rafia*
*buang ke jurang belakang seminari*
- Stefanus Kiki Aditya – keuskupan Surabaya
Jejaka tampan rupawan se-kecamatan ini lahir
tanggal 25 April 1986. Ia berasal dari daerah perumahan Kodam di Karang Pilang,
Surabaya. Panggilannya memang imut, yakni Kiki. Tapi ukuran badannya tidak imut
sama sekali, bahkan cenderung amit-amit. Sekedar gambaran, bobotnya +100
kg dengan tinggi badan +165 cm. Entah dalam sehari, berapa karung beras harus
dihabiskan untuk memenuhi nafsu makannya yang memang terkenal liar itu. Ya...,
memang pada akhirnya, sosok Kiki ini tidak bisa dipisahkan dari hal-hal seputar
piring, sendok, beras, kompor, dsb. Pengalamannya sebagai tukang nasi goreng
keliling di sekitar komplek Kodam Surabaya dulu tidak disia-siakannya (entah
kisahnya sebagai penjual keliling ini benar atau tidak) karena di angkatan
kami, ia akhirnya memiliki spesialisasi sebagai tukang masak. Demi acara
angkatan, entah sudah berapa anjing, ayam, dan bebek yang berakhir di panci
penggorengan karena keganasan tangannya. Meski rasa masakannya tidak seenak masakan
di restoran mewah, namun hasil karyanya itu sudah cukup untuk menenangkan
gejolak demonstrasi cacing-cacing penghuni perut kami. Pokoknya, Kiki ini
adalah Master Chef andalan kami,
dengan spesialisasi makanan selera kuli. Oh iya, masakan andalannya adalah
cilok. Sejak di tahun Rohani sampai seminari tinggi, ia sudah berulang kali
bereksperimen membuat cilok. Cilok paling fenomenal dihasilkannya di unit 6
saat menjadi tuan rumah doa rosario komunitas. Itu memang sungguh-sungguh aci (kanji) goreng yang ualloootttt
setengah mati. Pokoke, maknyussss bin
makjosss....
Ki-ka: Doyok, Kiki, Angger, Teddy |
- Fransiskus Muliaki – keuskupan Ketapang
Panggilan teman satu ini cukup singkat, yakni Mul
atau Aki. Ia lahir tanggal 17 September 1986. Ia bertempat tinggal di Kec.
Jelai Halu – Tanjung, Ketapang KALBAR. Ia adalah satu-satunya teman angkatan
yang berasal dari keuskupan Ketapang. Ia mengaku memiliki hobi bertukang.
Cita-citanya, kalau mati mau bertemu Santo Yosep untuk belajar bertukang
langsung dengannya. Selain bertukang, Mul juga memiliki ciri khas yang tidak
bisa dilupakan dalam angkatan kami, yakni suka berdebat atau adu mulut. Paling
asyik itu kalau mendengar Mul ini sedang adu mulut dengan teman atau bahkan
dosen. Seru dan mengasyikkan!! Pokoknya, kalau otot lehernya Mul belum keluar,
itu berarti ia belum serius. Tapi kalau suasana debat sudah memanas, suaranya
bisa keras dan meninggi seperti orang ngajak berantem. Namun sejatinya ia tidak
pernah bermaksud demikian karena pada dasarnya ia itu baik hati, rajin
menabung, dan suka membuang sampah pada tempatnya. Meski badannya kecil, ia
cukup jago dan lincah dalam olahraga sepak bola. Dalam Giovannian, entah sudah
berapa gol pernah tercipta dari kakinya. Boleh dibilang, “kecil-kecil cabe
rawit”-lah. Oh iya, bila melihat Mul dari kejauhan, anda bisa mengira ia adalah
Ariel “Noah” atau Rizky “The Titan” karena memang siluet wajahnya mirip para
artis tersebut (bila dilihat dari jarak 100 meter dengan menggunakan sedotan
mampet). Namun ketika semakin dekat dan dekat, bisa jadi anda kecewa luar biasa
karena ternyata ketika dicek KTP-nya, tertulis nama: Muliaki. Naasnya, saya pun
sering tertipu demikian. Semoga anda tidak.
Muliaki |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar