Tingkat 4 (tahun terakhir) |
- Matius Wira Weking – keuskupan Tanjung Selor
Pria kelahiran 21 Sept 1985 dan berasal dari
Paroki Santo Yosef Riangkemie, NTT – Flores, Larantuka, ini adalah pria yang
unik karena memiliki banyak nama. Panggilan aslinya adalah Matius, tetapi nama
aliasnya ada banyak; sebutlah Matking, Ricky, Tikus, dsb. Nama aliasnya memang
ada banyak. Tetapi itu bukan karena ia adalah mantan penjahat atau residivis,
melainkan konon karena kekasihnya banyak. Maka untuk menipu mereka, ia harus
memiliki banyak nama supaya ke-playboy-annya tidak terungkap. Namun siapa
sangka, dengan modal wajah yang cukupan, dia dapat menggaet hati banyak
perempuan. Dalam hal ini, kita memang perlu mengakui mukjizat Allah yang
Mahakuasa. Jhaha!! Eh, Matking ini sangat jago sepak bola. Meski dalam hidup
sehari-hari, ia selalu kelihatan loyo dan tak bertenaga, ternyata ia dapat
menjadi beringas dan hebat luar biasa ketika sudah memasuki lapangan sepak
bola. Kecepatan dan ketepatan menggocek bola menyamai keahlian Irfan Bachdim.
Karena keahliannya ini, ketika menempuh SMA di Probolinggo, ia bahkan sempat
ditawari untuk masuk dalam klub lokal kota setempat. Namun ia menolak karena
kecintaannya terhadap cita-cita imamat, menjadi imam di keuskupan Tanjung
Selor. Ia ingin mengabdikan kelincahan dan keuletannya untuk menggembalakan
umat keuskupan Tanjung Selor. Betapa beruntungnya keuskupan Tanjung Selor
memiliki calon imam yang sedemikian zuppeeerrrr.......
- Yoseph Kerobi Bata – keuskupan Tanjung Selor
Ia dulu memproklamirkan diri sebagai Bos geng
sigura-gura (entah anggotanya siapa). Nama aslinya keren, yakni Yosep Kerobi
Bata. Namun panggilannya lalu menjadi sangat singkat namun mengena, yakni Obi.
Ia berasal dari Paroki Santo Yosef Riangkemie, NTT – Flores, Larantuka. Ia
konon masih satu saudara dengan Matking, saudara Adam Hawa. Sosok Obi ini
dikenal di antara teman-teman seangkatan sebagai public speaker nomor wahid. Bila sudah berbincang dengannya, dapat
dipastikan bahwa ia tidak akan pernah kehabisan cerita untuk dibagikan. Bahkan
di antara kami sudah terbiasa, apabila sudah tidak kuat mendengar kisahnya yang
terlalu panjang, kami kemudian melambai kepada kamera untuk minta diselamatkan
(seperti acara Tv, “Masih Dunia Lain”). Jhaha!!! Oh iya, Obi ini adalah
rastafara mania uyyeee..... Boleh
dibilang bahwa selain cinta mati sama Yesus, ia juga cinta mati sama reggae.
Ditopang kepandaiannya bermain musik, ia sudah sering tampil bersama
kawan-kawannya menyanyi lagu-lagu reggae. Bahkan saat diadakan pentas untuk
mengenang bencana lumpur Sidoarjo di tahun 2012, ia ikut tampil bermusik di
Porong, Sidoarjo sana. Kata-kata khas Obi bila sudah bertemu kami di jalan,
warung, atau sudut lapangan sepak bola adalah woyyoooo... (huruf O dibaca seperti membaca: yoyo), sambil
menggerakkan tangan dan kakinya ala dansa pogo ska. Inilah anggota laskar
Juntos Pandemos yang penuh semangat dan ceria! Cetaarr membahannaaa!!!!
- Remanus – keuskupan Samarinda
Nama lengkapnya adalah Remanus Kupil. Di seminari
menengah ia biasa dipanggil Kupil, tetapi di Malang, ia biasa dipanggil lebih
keren, yakni Reman. Reman termasuk golongan tua di angkatan kami, karena ia
lahir tanggal 18 November 1984. Ia berasal dari Sekolaq Darat, Paroki Santo
Markus – Melak, KALTIM. Reman adalah calon imam Keuskupan Samarinda yang
memiliki jalan panggilan luar biasa. Dulu ia memiliki cita-cita menjadi polisi
hutan, namun karena Allah memanggilnya dengan begitu kuat, maka ia pun lebih
memilih untuk menjalani panggilan menjadi imam. Maka cita-citanya sekarang
berubah menjadi “polisi rohani penjaga hutan Firdaus”. Reman memiliki etos
studi yang kuat di antara teman-teman seangkatan. Ketekunan dan kegemilangannya
dalam belajar membuatnya dipanggil prof alias profesor. Siapa tahu memang Reman
ini kelak bisa menjadi kandidat calon profesor dari tanah Borneo. Setidaknya,
kami sudah bisa melihat bibit intelektual yang baik selama di seminari tinggi
Malang. Di angkatan, Reman terkenal sangat baik hati. Minta apa saja ke
kamarnya, pasti tidak akan ditolak sejauh ia punya. Asal tidak minta uang saja,
ya Man? Jhaha!! Omong-omong Reman ini juga dikenal dengan baik sebagai pemain
ping-pong paling handal seangkatan kami. Di kampungnya, ia sudah memegang
banyak piala dari berbagai kecamatan.
Rumahnya sudah penuh piala juara ping-pong dan konon hanya atlet kabupaten yang
bisa menandingi kecepatan smash kirinya. Ckckck..., memang dalam sosok
sederhana macam Reman ini ternyata dapat terkandung potensi luar biasa. Lain kali kalo sudah jadi imam di Samarinda,
kau buat kursus pelatihan ping-pong buat OMK, man!!!
- Zakeus Daeng Lio – keuskupan Samarinda
Inilah teman seangkatan yang paling tidak bisa
saya lupa. Karena wajah boleh seram kayak ABRI, tapi hatinya sangat lembut kayak
barbie (uhuk, uhuk, hoeekkk!!). Nama lengkapnya adalah Zakeus Daeng Lio. Namun
ia biasa dipanggil Daeng atau bisa juga Aeng atau Zakky (maaf, panggilan yang
terakhir sesungguhnya tidak dianjurkan karena terlalu keren). Zakky alias Aeng
alias Daeng ini berasal dari Desa Citra Manunggal, Kec. Kaliorang, Kab. Kutai
Timur – KALTIM. Ia adalah putra Paroki Santo Yoseph – Bontang, yang lahir lima
hari sesudah perayaan kemerdekaan Indonesia, yakni 23 Agustus 1987. Daeng
adalah anggota dari geng Duo Kribo (satu anggotanya akan saya ungkap setelah
ini!). Gayanya yang sangat tegas dan didukung bodi gempalnya ala preman terbukti
sangat manjur menakut-nakuti banyak orang (entah sebagai pasukan garda depan angkatan, sudah berapa korbannya dalam acara
Dies Natalis STFT). Meski demikian, Daeng ini sesungguhnya adalah
sosok yang romantis karena kalau sudah di hadapan cewek, gayanya langsung
berubah menjadi imut dan manja (alamaaakkkk!!!! *tepok jidat*). Daeng ini juga
cukup cemerlang dalam olahraga sepak bola; dan tidak sembarangan, karena ia
adalah kiper timnas seminari selama beberapa tahun. Oh iya, Daeng ini juga
termasuk golongan intelektual muda Samarinda yang menonjol nilai akademiknya.
Ia termasuk sosok yang diprediksi akan menjadi dosen kelak di STIPAS Samarinda.
Satu lagi kelebihannya, ia sangat pintar berbahasa Jawa. Orang yang berbicara
Jawa dengannya tanpa melihat KTP-nya, bisa mengira bahwa dia ini keturunan Arab
kelahiran Solo (chasing hidung mirip
Arab). Jhaha!!
- Agustinus Moan Nurak – keuskupan Samarinda
Dan inilah anggota geng Duo Kribo satunya, yakni
Gusty. Nama lengkapnya Agustinus Moan Nurak. Ia sering mengaku-aku bahwa arti
nama Moan adalah tuan muda. Tapi maaf, gus, kami nggak percaya. Jhaha!! Gusty
ini (demikian dia meminta namanya untuk ditulis, bukan “Gusti”, dan katanya
supaya keren) lahir sehari sebelum perayaan kemerdekaan Indonesia (beda tipis
dengan kembarannya, si Daeng), yakni 16 Agustus 1986. Ia beralamat di Desa
Olung, Kec. Tongikis, Kab. Pasir – KALTIM. Ia merupakan produk unggulan dari
Paroki Alleuia – Tanah Grogot. Seirama dengan Daeng, gaya Gusty ini juga agak
menyeramkan. Badan boleh kecil, tapi gerakan silat THS (Tunggal Hati Seminari)
nya terkenal paling mantap di antara kami. Berkaitan dengan THS, ia suka
membual bahwa dia pernah bertemu artis Dian Sastrowardoyo yang adalah kakak
seperguruannya di THS. Dan sayangnya sampai sekarang, tidak ada di antara kami
yang mempercayainya. Namun yang perlu diwaspadai darinya adalah gaya bicaranya
yang persuasif. Gaya bicaranya sangat meyakinkan bak penjual obat jalanan.
Entah bicara benar atau bohong, sangat tipis perbedaannya. Meski demikian,
Gusty ini termasuk sosok yang cerdas. Nilai akademiknya membuat minder teman
lainnya. Ia termasuk dalam barisan inteletual muda Samarinda. Satu lagi yang
sukar dilupakan darinya adalah gayanya dalam menggosok lantai. Gerakan khas Maumere-nya itu sangat mengagumkan. Memang
inilah Gusty, anak muda Maumere multitalenta yang akan menggantikan nama besar
Romo Berthold Pareira. Maju, Gus!!
- Hilario Didakus Nenga Nampar – keuskupan Samarinda
Nama panggilannya adalah Rio atau Riung. Ia lahir
26 Agustus 1989 dan beralamat di Mess Guru Katolik, Jalan Semeru, Samarinda –
KALTIM. Ia adalah putra asli Paroki Katedral Santa Maria Penolong Abadi. Rio
adalah satu-satunya di antara kami yang masih mengalami seminari kecil. Rekor
hidup paling lama di seminari dipegang olehnya. Bahkan parahnya, tempat
pastoralnya pun sekarang di seminari menengah Don Bosco, di Samarinda. Jadi
silahkan membayangkan lebih dari setengah usia anda dihabiskan dalam komunitas
laki-laki. TIDDAAKKKK!!!! *terjun ke jurang* Namun salah satu keunggulan hidup
lama di seminari darinya adalah skill main bolanya yang terasah sangat baik.
Saat di Malang, ia adalah bek terbaik dalam timnas seminari. Tehnik, stamina,
dan kecepatannya sangat mengagumkan. Kesukaannya dalam bermain bola ini
akhirnya membuatnya jatuh hati kepada tim sepak bola kota Malang, yakni AREMA
Indonesia. Kecintaannya bahkan boleh dikatakan sampai taraf tidak wajar.
Contoh: pagi sesudah sarapan, menyetel radio Arema; kamar dipenuhi poster
Arema; nama facebook-nya itu kalau nggak Rio
Ongis Nade, ya Rio Aremania; pp
FB isinya dia dengan Esteban (pemain Arema); waktu kerja sore, nyetel lagi
lagu-lagu Arema; dsb. Stress pokoknya kalo mau ngomongin Arema sama Rio. Memang
benar-benar hasil didikan Romo Endro Aremania (Projo Surabaya) yang sukses!!
- Heribertus Hibau – keuskupan Samarinda
Inilah sosok pria gempal, berkulit kuning, berumur
setengah tua, berambut rapi lurus, berbetis besar, pemakan segala, yang tidak
pernah dapat terlupakan. Ia biasa dipanggil Heri atau Hibau. Ia mengaku
lahirpada tanggal 2 Juli 1984 dan bertempat tinggal di Desa Tering Baru, Kec.
Tering; Paroki Keluarga Suci, Tering – KALTIM. Ia sangat pandai bermain bola.
Posisi favoritnya adalah bek tengah. Namun seiring perutnya yang semakin
membesar dan usianya yang semakin tua, harus diakui kelincahan dan staminanya
berkurang banyak. Salah satu hobinya yang mengerikan adalah makan. Kapasitas
perutnya itu serupa kapasitas perut 3 gelandangan yang tidak makan seharian.
Jadi, sekali makan bisa sangat banyak. Meski demikian, Hibau ini merupakan sosok
orang tua pendiam di angkatan kami, tapi juga sekaligus sering menjadi penyulut
keonaran dalam kegiatan bersama. Kalau sudah kerasukan, ia bisa teriak-teriak
tidak jelas membuat keramaian gaduh. Memang gila teman satu ini. Salah satu
ciri khasnya adalah kecepatan jalannya yang di atas normal. Saat berangkat atau
pulang kuliah, ia boleh dibilang frater pejalan kaki paling cepat, dengan
kecepatan up to 150 kbps, atau setara
2 m/s. Tidak ada yang menyamai atau melampaui kecepatannya kecuali lyn GML
(trayek GML lewat jalur ke STFT). Oh iya, Hibau ini memiliki selera cewek yang
aneh. Bila teman-teman mengidolakan teman cewek seusia, ia malah suka yang
lebih tua (maaf, tapi bukan nenek-nenek). Mungkin karena usianya yang memang
sudah udzur, maka seleranya pun juga
menyesuaikan. Jhaha!!
Ki-ka: Gusty, Daeng, Heri, Reman, Rio |
Selain yang tercatat di atas, masih ada banyak anggota keluarga Juntos
Pandemos yang belum terungkap. Sebutlah Epi, Romi, Bagus a.k.a. Ombreng
(keuskupan Surabaya), Dodo “Changcut Rangers”, Louis, Rafael a.k.a Abas, Anton
(keuskupan Malang), Hendrik “perokok maut”, Edi Sukamto “si raja tourney”
(keuskupan Sintang), Agung (keuskupan Samarinda), Atok a.k.a Bento (Keuskupan
Denpasar), Yayan (keuskupan Sanggau). Ya, total ada 12 teman yang sudah keluar
sebelum menyelesaikan perjalanan empat tahun bersama. Semoga semuanya baik-baik
saja dan tidak pernah kekurangan apapun. Karena meski hanya selama setahun atau
kurang kita pernah hidup bersama, kita tidak akan pernah lupa persaudaraan dan
rasa kekeluargaan yang pernah kita bangun.
Tulisan profil ini sudah saya janjikan lama, tapi baru Desember 2012 ini
selesai. Karena memang cukup melelahkan menulis sedemikian panjangnya secara
sendirian. Sebetulnya saya masih ingin menulis lagi karena memang banyak memori
yang saya ingat dan kenang, bahkan untuk mereka yang sudah keluar sebelum
waktunya lulus bersama. Tapi keterbatasan waktu dan daya akhirnya mengurungkan
niat saya untuk melakukannya. Catatan profil ini masih sangat terbuka untuk
dikoreksi atau ditambahkan atau dikurangi karena memang berasal dari penilaian
saya semata. Jadi silahkan kalau ada komentar, saya menunggunya. Saya juga
mengajak teman-teman Juntos Pandemos untuk senantiasa menyempatkan setidaknya
sekali dalam setahun, saat pesta Santo Matius, 21 September (hari penjubahan
tingkat 1 dan ultah Matking), untuk berdoa bagi teman-teman lainnya.
Akhirulkalam, marilah kita bersama berharap: Semoga kita bisa sukses di
dunia sesuai cita-cita kita, juga sesuai dengan kehendak Tuhan. Semoga di
antara kita, lahirlah imam-imam yang baik. Semoga suatu saat kita bisa bertemu
dalam reuni (paling dekat di Samarinda, tahun 2017) dan kalaupun tidak semoga
kita bisa bertemu bersama di surga nanti: “Semoga
ya Tuhan, kelak di kemudian hari kami dapat bertemu satu sama lain. Entah dalam
kesempatan apapun itu, kami menyerahkan semuanya kepada-Mu. Andaikan Engkau tak
memberi kesempatan bagi kami untuk suatu saat bertemu teman-teman kami, maka
kami hanya berharap agar Engkau sudi menyertai perjalanan hidup kami semua.
Pimpinlah kami supaya selalu berada di jalan-Mu, tuntunlah kembali apabila kami
tersesat, dan curahkanlah rahmat yang cukup dalam kehidupan kami masing-masing.“ Amin!
SALAM JUNTOS
(Dari teman yang tak pernah menyesal hidup bersama
kalian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar