Aku sudah lama mudah naik darah.
Aku serba kuatir, mudah tersinggung dan egois sekali. Setiap orang mengatakan
bahwa aku harus berubah. Dan setiap orang terus menerus menekankan, betapa
mudah aku menjadi marah. Aku sakit hati terhadap mereka, biarpun sebetulnya aku
menyetujui nasehat mereka. Aku mmang ingin berubah, tetapi aku tidak berdaya
untuk berubah, betapapun aku telah berusaha.
Aku merasa paling tersinggung
ketika sahabat karibku juga mengatakan, bahwa aku mudah naik pitam. Ia juga
terus menerus mendesak supaya aku berubah. Aku mengakui bahwa ia benar,
meskipun aku tidak bisa membencinya. Aku merasa sama sekali tak berdaya dan
terpasung. Namun pada suatu hari ia berkata kepadaku: ‘Jangan berubah! Tetaplah seperti itu saja. Sungguh tak jadi soal,
apakah engkau berubah atau tidak. Aku mencintaimu sebagaimana kau ada. aku
tidak bisa tidak mencintaimu.’
Kata-kata
itu berbunyi merdu dalam telingaku: ‘Jangan
berubah. Jangan berubah. Jangan berubah. Jangan berubah ... Aku mencintaimu.’
Dan aku menjadi tenang. Aku mulai bergairah. Dan, oh, sungguh mengherankan, aku
berubah!
Sekarang aku tahu, bahwa aku tidak dapat benar-benar berubah sebelum
aku menemukan orang yang tetap mencintaiku, entah aku berubah atau tidak.
Engkau mencintaiku seperti itu, Tuhan?
Kisah di atas ini
adalah salah satu cerita dari buku Anthony de Mello SJ yang berjudul “Burung
Berkicau”, terbitan Cipta Loka caraka tahun 1984. Judul cerita ini, “Jangan
Berubah”.
Pesan utama dalam kisah ini
sangat jelas, yakni bahwa hanya cinta sajalah yang dapat mengubah manusia
menjadi lebih baik. Keluarga, sahabat, para pendidik, adalah orang-orang yang
karena cintanya kepadaku, dapat mengubahku menjadi lebih baik dari hari ke
hari. Tetapi di atas semua itu, hanya cinta Tuhan saja yang tidak hanya merubah
hidupku menjadi lebih baik, tetapi juga merubah secara radikal seluruh struktur
bangunan hati, perasaan, dan pikiranku. Ini dapat terjadi demikian, karena
cinta-Nya itu luar biasa, terus memberi tanpa henti.
Sebetulnya
kisah di atas ini belum selesai. Karena setelah aku menyadari bahwa aku tidak
dapat benar-benar berubah sebelum aku menemukan orang yang tetap mencintaiku,
entah aku berubah atau tidak, aku dikejutkan sekali lagi karena secara tidak
sadar sekarang aku secara perlahan berubah menjadi seperti-Nya! Cinta-Nya
mendorong aku untuk menyerupai diri-Nya dalam hati, perasaan, dan pikiran. Aku
menjadi semakin mirip dengan-Nya dan hidup lamaku yang sudah mengurat akar
secara perlahan pun kutanggalkan.
Namun
temanku bertanya, “Setelah menjadi
semakin menyerupai-Nya, apakah kamu sekarang terbebas dari segala kecenderungan
bebas dari dosa?” Yah..., Aku tentu saja tidak. Aku tetap saja sering lalai
berbuat hal baik dan masih sering khilaf berbuat dosa. Tetapi sekarang
paradigmaku berbeda. Karena sekarang aku punya tujuan hidup masa depan
berkaitan dengan gambaran diriku, yakni untuk menjadi semakin serupa dengan
Yesus Kristus.
Sekarang, saat aku terjerembab
jatuh dalam dosa, aku tidak lagi putus asa. Aku akan segera bangkit dan kembali
menapaki hidup dengan semangat. Aku tahu bahwa dalam Tuhan ada pengampunan,
harapan, dan kesempatan untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari, menjadi
semakin menyerupai-Nya dari masa ke masa. Selalu ada hari baru bagi murid
Kristus untuk berubah. Selalu ada harapan bagi murid Kristus untuk menjadi
lebih baik.
Hanya cinta Tuhan yang dapat
merubah diri manusia dan Ia merubah diri setiap manusia yang mau menerima
cinta-Nya. Santo Paulus adalah salah satu contoh nyata dimana cinta itu telah merubah
dirinya. Semoga kita pun mampu berubah menjadi semakin menyerupai Kristus dari
hari ke hari, waktu ke waktu, masa ke masa. Sequela
Christi et imitatio (mengikuti Kristus dan menyerupai-Nya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar