Bagi saya, dalam situasi apapun, mengaku diri bodoh itu lebih mulia
daripada mengaku pandai. Soal kita memang bodoh atau tidak, itu urusan lain.
Orang pada umumnya menaruh hormat mendalam kepada mereka yang rendah
hati mau mengaku diri bodoh. Namun harus diingat bahwa ada kemungkinan anda
akan disepelekan. Tetapi hal itu tidak akan terlalu bermasalah sejauh kita sedari
awal sudah siap menerima konsekuensinya, bahwa macak bodho akan besar kemungkinannya untuk dianggap bodho
tenanan. Dalam hal ini, kesediaan menerima konsekuensi adalah bukti
keprofesionalan dari sikap kepura-puraan anda.
Memang sekilas orang akan segan kepada mereka yang terlihat pandai.
Namun rasa segan itu tidak akan bertahan lama sejauh penilaian yang sekilas itu
tidak terbukti kebenarannya secara valid dalam waktu 15-30 menit saat bercakap
dengannya.
Tokoh-tokoh utama dalam banyak kisah kebijaksanaan sufi Timur biasanya
selalu bertindak demikian di hadapan banyak orang, yakni selalu mengaku diri
bodoh. Namun sebagaimana kita tahu, para tokoh utama ini selalu mendapat bagian
untuk menertawakan para lawannya di akhir cerita. Kepandaian mereka selalu
terungkap di akhir cerita untuk menjungkirbalikkan logika dan kesombongan para
lawannya. “Mereka yang menang, selalu
tertawa terakhir”
Harus diingat bahwa mengaku diri bodoh tidak berarti bahwa kita harus
bersikap dan bertindak bodoh dalam arti sesungguhnya. Bersikap tidak tahu itu
sudah cukup mengindikasikan bahwa kita bodoh. Lebih dari itu, tidak baik bagi
kita.
Saat mengaku diri bodoh, kita juga harus memperhitungkan waktu yang
tepat untuk menunjukkan serangan balik yang menyatakan bahwa penilaian banyak
orang terhadap kita itu keliru total. Mengetahui saat yang tepat untuk membalik
opini orang pada kita adalah suatu kebijaksanaan yang patut dipuji. Karena bila
kita mengaku diri bodoh tetapi tidak memiliki kebijaksanaan untuk mengakhiri
akting kita dalam waktu yang tepat, maka sangat besar kemungkinan bagi kita untuk benar-benar dikira bodoh atau kita terjebak dalam selubung kebodohan yang
kita buat sendiri.
Namun perlu dicatat dengan baik bahwa pada akhirnya, dalam 15-30 menit
percakapan, pada umumnya orang-orang akan secara terang benderang dapat menilai
diri kita yang sesungguhnya bahwa kita itu bodoh atau tidak, tidak peduli seberapa
besar usaha kita berakting pintar atau berpura-pura bodoh.
Di atas semua itu, daripada belajar untuk berakting bodoh, akan sangat
jauh lebih baik bila kita menggunakan banyak waktu kita untuk belajar dengan
sungguh-sungguh agar dapat menjadi pandai. Karena harus dipahami bahwa di balik
akting bodoh itu, harus ada sosok yang sungguh-sungguh pandai.
Yah.., tetapi menarik juga untuk bermain-main dengan perasaan,
prasangka, dan penilaian orang lain terhadap kita. Dalam hidup sehari-hari
manusia, bahkan dalam situasi-situasi sukar, cobalah bermain-main dengan
psikologi manusia lain, yakni dengan berpura-pura bodoh itu tadi.
Toh mengaku diri bodoh adalah suatu perbuatan mulia juga, karena
membuat orang lain bahagia telah merasa diri lebih pandai daripada kita. So, keep calm and act dumb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar