06 Februari 2014

God Knows Best "a poem"



           

Saat usia SMP, saya memiliki sebuah poster indah yang sangat membekas di hati saya. Poster itu memiliki latar belakang gambar Yesus yang sedang menunjuk kepada Hati Kudus-Nya. Tetapi pertama-tama bukan gambar Yesus itu yang membuat saya selalu mengenangnya, melainkan puisi yang tercetak di atasnya. Jadi, poster itu bertuliskan puisi dalam bahasa inggris dengan latar belakang gambar Yesus.
Puisi itu terdiri dari beberapa paragraf singkat dengan kalimat tunggal yang sederhana. Isinya sangat mengena bagi diri saya saat itu. Meski puisi itu diungkapkan dalam bahasa inggris, namun anehnya saya tetap dapat menangkap maknanya. Padahal saat itu, kemampuan berbahasa inggris saya sangat memprihatinkan (dan sampai sekarang pun demikian).
Setelah sekian tahun meninggalkan rumah untuk studi, saya pun akhirnya kehilangan poster itu. Entah dibuang atau dibakar atau diberikan kepada orang lain, saya tidak tahu. Saya pun pernah berusaha mencarinya, namun tidak ketemu. Saya berusaha mengingat-ingat isi puisis itu tetapi tidak mampu. Saya hanya mampu mengingat paragraf terakhir dari puisi itu. Pasalnya bagian terakhir itu adalah inti dari puisi itu. Dan paragraf terakhir itu telah menjadi mantra dalam hidup saya sekian lama. Saya selalu mengucapkannya dan mengulangnya dalam hati sekian kali ketika saya menghadapi situasi sukar. Paragraf terakhir itu lalu saya tuliskan di kitab suci saya supaya aman terjaga di sana dan buat jaga-jaga siapa tahu saya lupa.

Beberapa tahun kemudian sejak saya menyerah mencari poster saya itu, tepatnya seminggu lalu, ketika saya berselancar di dunia maya, saya teringat dengan impian saya untuk menemukan bagian lengkap dari fragmen puisi yang masih saya ingat itu. Akhirnya saya ketikkan bagian terakhir dari puisi indah itu di hadapan mbah Google dengan harapan beliau mampu menemukan sisanya, batang tubuh lainnya.
Dan astaganaga luar binasa! Terpujilah Ia yang menemukan internet dan terpujilah para pekerja di balik mbah Google, si mesin pencari ulung ini! Ternyata saya mampu menemukan batang tubuh sisanya! Saya menemukan puisi saya itu! Alamak, luar biasanya dunia saat ini karena apa yang bertahun-tahun lalu telah hilang, sekarang sudah saya temukan dengan cara yang sederhana. Mengapa saya tidak melakukannya dari dulu? Jhaha!!
Sekarang saya tahu, ternyata pengarang puisi itu bernama Helen Steiner Rice dan judul puisi itu adalah God Knows Best. Ia sudah meninggal, namun hebatnya, kata-katanya itu mampu menjadi kenangan untuk diteruskan kepada mereka yang lahir kemudian, termasuk saya. Sebagai bentuk terimakasih kepadanya, saya pun hendak membagikan penemuan puisi ini kepada rekan yang lain.
Bila bagian akhir dari puisi ini saja dapat menjadi mantra kehidupan bagi saya dan dapat saya teruskan kepada teman-teman saya yang membutuhkan dorongan dan semangat hidup, tentu puisi ini dalam versi bentuk utuhnya dapat menjadi inspirasi bagi lebih banyak orang lagi. Inti dari puisi ini sederhana sesuai dengan judulnya, God Knows Best, atau ini berarti Allah Tahu yang Terbaik.

GOD KNOWS BEST

Our Father knows what's best for us,
So why should we complain—
We always want the sunshine,
But He knows there must be rain—

We love the sound of laughter
And the merriment of cheer,
But our hearts would lose their tenderness
If we never shed a tear...

Our Father tests us often
With suffering and with sorrow,
He tests us, not to punish us,
But to help us meet tomorrow...

For growing trees are strengthened
When they withstand the storm,
And the sharp cut of a chisel
Gives the marble grace and form...

God never hurts us needlessly,
And He never wastes our pain
For every loss He send to us
Is followed by rich gain...

And when we count the blessings
That God has so freely sent,
We will find no cause for murmuring
And no time to lament...

For our Father loves His children,
And to Him all things are plain,
So He never sends us pleasure
When the soul's deep need is pain...

So whenever we are troubled,
And when everything goes wrong,
It is just God working in us
To make our spirit strong.
(ini adalah bagian terakhir yang sempat saya ingat selama lebih dari 10 tahun)

1 komentar: