Saat
usia SMP, saya memiliki sebuah poster indah yang sangat membekas di hati saya.
Poster itu memiliki latar belakang gambar Yesus yang sedang menunjuk kepada
Hati Kudus-Nya. Tetapi pertama-tama bukan gambar Yesus itu yang membuat saya
selalu mengenangnya, melainkan puisi yang tercetak di atasnya. Jadi, poster itu
bertuliskan puisi dalam bahasa inggris dengan latar belakang gambar Yesus.
Puisi
itu terdiri dari beberapa paragraf singkat dengan kalimat tunggal yang
sederhana. Isinya sangat mengena bagi diri saya saat itu. Meski puisi itu
diungkapkan dalam bahasa inggris, namun anehnya saya tetap dapat menangkap
maknanya. Padahal saat itu, kemampuan berbahasa inggris saya sangat
memprihatinkan (dan sampai sekarang pun demikian).
Setelah
sekian tahun meninggalkan rumah untuk studi, saya pun akhirnya kehilangan
poster itu. Entah dibuang atau dibakar atau diberikan kepada orang lain, saya
tidak tahu. Saya pun pernah berusaha mencarinya, namun tidak ketemu. Saya
berusaha mengingat-ingat isi puisis itu tetapi tidak mampu. Saya hanya mampu
mengingat paragraf terakhir dari puisi itu. Pasalnya bagian terakhir itu adalah
inti dari puisi itu. Dan paragraf terakhir itu telah menjadi mantra dalam hidup
saya sekian lama. Saya selalu mengucapkannya dan mengulangnya dalam hati sekian
kali ketika saya menghadapi situasi sukar. Paragraf terakhir itu lalu saya
tuliskan di kitab suci saya supaya aman terjaga di sana dan buat jaga-jaga
siapa tahu saya lupa.
Beberapa
tahun kemudian sejak saya menyerah mencari poster saya itu, tepatnya seminggu lalu,
ketika saya berselancar di dunia maya, saya teringat dengan impian saya untuk
menemukan bagian lengkap dari fragmen puisi yang masih saya ingat itu. Akhirnya
saya ketikkan bagian terakhir dari puisi indah itu di hadapan mbah Google
dengan harapan beliau mampu menemukan sisanya, batang tubuh lainnya.
Dan
astaganaga luar binasa! Terpujilah Ia yang menemukan internet dan terpujilah para
pekerja di balik mbah Google, si mesin pencari ulung ini! Ternyata saya mampu
menemukan batang tubuh sisanya! Saya menemukan puisi saya itu! Alamak, luar
biasanya dunia saat ini karena apa yang bertahun-tahun lalu telah hilang,
sekarang sudah saya temukan dengan cara yang sederhana. Mengapa saya tidak
melakukannya dari dulu? Jhaha!!
Sekarang
saya tahu, ternyata pengarang puisi itu bernama Helen Steiner Rice dan judul puisi itu adalah God Knows Best. Ia sudah meninggal, namun hebatnya, kata-katanya itu
mampu menjadi kenangan untuk diteruskan kepada mereka yang lahir kemudian,
termasuk saya. Sebagai bentuk terimakasih kepadanya, saya pun hendak membagikan
penemuan puisi ini kepada rekan yang lain.
Bila
bagian akhir dari puisi ini saja dapat menjadi mantra kehidupan bagi saya dan
dapat saya teruskan kepada teman-teman saya yang membutuhkan dorongan dan
semangat hidup, tentu puisi ini dalam versi bentuk utuhnya dapat menjadi
inspirasi bagi lebih banyak orang lagi. Inti dari puisi ini sederhana sesuai
dengan judulnya, God Knows Best, atau
ini berarti Allah Tahu yang Terbaik.
GOD KNOWS BEST
Our Father knows what's best for
us,
So why should we complain—
We always want the sunshine,
But He knows there must be rain—
But He knows there must be rain—
We love the sound of laughter
And the merriment of cheer,
But our hearts would lose their
tenderness
If we never shed a tear...
Our Father tests us often
With suffering and with sorrow,
He tests us, not to punish us,
But to help us meet tomorrow...
For growing trees are strengthened
When they withstand the storm,
And the sharp cut of a chisel
Gives the marble grace and form...
God never hurts us needlessly,
And He never wastes our pain
For every loss He send to us
Is followed by rich gain...
And when we count the blessings
That God has so freely sent,
We will find no cause for murmuring
And no time to lament...
For our Father loves His children,
And to Him all things are plain,
So He never sends us pleasure
When the soul's deep need is
pain...
So whenever we are troubled,
And when everything goes wrong,
It is just God working in us
To make our spirit strong.
(ini adalah bagian terakhir yang
sempat saya ingat selama lebih dari 10 tahun)
Mntab mo!!
BalasHapus