04 Desember 2015

Tahbisan Juntos Pandemos generasi kedua: Daeng dan Rio

Teks Misa Tahbisan



Syukur kepada Allah!
Akhirnya pecah telornnyyyaaaa.... Masa yang pecah telor dari angkatan Juntos Pandemos ini cuma si Niko, Rafael, Muliaki, Kiki, Paska, dan Sadan? Mereka ini “pecah telor” sungguh karena bisa naik ke pelaminan untuk mempersunting wanita pujaan mereka masing-masing. Tapi yang saya maksud pecah telor ini adalah buat teman-teman yang baru saja tahbisan, yakni Zakeus Daeng Lio dan Hilario Didakus Nenga Nampar. Maka dengan ini, yang sudah menjadi imam di angkatan Juntos Pandemos ini ada 3 batang, yakni saya sendiri, dan kedua teman kita ini, Daeng dan Rio. Benar kata Yesus, bahwa batang yang terkulai tak akan dipatahkannya. Dijadikannya imam, sodara. Yassalam..., dalam konteks ini, entah saya harus bahagia atau terharu mendengar kutipan Injil tersebut.
Saya sendiri berusaha meluangkan waktu dan duit untuk ikut tahbisan kedua teman kita ini. waktu bisa diatur dan duit bisa ditabung. Pokok saya punya niat untuk berjumpa dengan teman-teman Juntos Pandemos ini sesudah perpisahan kita yang mengharu biru di tahun 2012. Pertanyaan orang yang berpisah adalah, adakah kita akan bertemu lagi di suatu waktu? Dalam rangka itulah, saya bersikeras untuk menghadiri tahbisan ini, yakni demi bertemu teman-teman Samarinda, dari Abah Daeng, Rio Edan, Reman Kupil, dan Heri Hibau.
Saya begitu bersemangat sekaligus khawatir dengan kepergian saya ini. saya bersemangat karena ini adalah kesempatan saya menjejakkan kaki pertama kali di Kalimantan. Namun juga menjadi khawatir karena saya akan menjadi tamu di negeri asing.  Apakah selama 3 hari  malam besok, saya ini diurus dengan baik oleh panitia tahbisan atau malah terlantar di kota Balikpapan?
Jembatan Penyebrangan di depan Hotel Pacific Balikpapan
Inilah Pasar Kebun Sayur itu!
Tampak depan.

Ternyata dugaan saya meleset! Sesudah saya dan RD Endro turun di Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan, kami langsung dijemput oleh mobil panitia dan diantar ke Hotel Pacific Balikpapan. Wow, kami diinapkan di hotel, bro. Ternyata servis dari panitia tidak hanya sampai di situ. Kami malamnya diantar jemput ke Gereja St Theresia Prapatan untuk menyaksikan gladi resik. Besoknya sebelum tahbisan, kami masih dibawa ke Pasar Kebun Sayur yang ternyata sama sekali tidak jual sayur. Mengapa? Pasar Kebun Sayur adalah pasar sentra jual beli batu akik. Ya ampunn..., namanya benar-benar sukses menipu. Bahkan di hari terakhir sebelum pulang ke Jawa, kami masih dijamu oleh panitia tahbisan. Pendek kata, tidak mengecewakan datang ke Balikpapan untuk memenuhi undangan tahbisan Daeng dan Rio.
Tapi momen yang paling menyenangkan adalah ketika saya bertemu 4 sekawan projo Samarinda ini dengan lengkap, khususnya si Reman dan Heri.
Bersama RD Endro Aremania

Reman yang tambah kurus, atau badanku yang tambah besar? Ah, sudahlah...
Oh iya, Daeng nggak banyak berubah Tambah makmur tapi masih oke lah badannya. Keganasannya terhadap lawan jenis sudah banyak berkurang. Mungkin karena ia sudah tidak duet lagi dengan si kribo Gusty, maka Daeng menjadi lebih jinak. Catatan penting, bahwa passion Daeng di bidang hubungan antar agama semakin matang. Bahkan sebagai kenang-kenangan tahbisannya, dia menerbitkan buku kecil yang berisi artikel-artikelnya tentang kebangsaan dan dialog lintas agama. Hebaat.... *tepuktangan*
Rio Aremania semakin melar badannya. Ia sudah lupa pada jati dirinya sebagai pemain bola. Baris pertahanan belakang sudah tidak cocok lagi bagi dirinya. Mungkin profesi anak gawang lebih cocok. Rio ini diproyeksikan menjadi dosen, begitu juga dengan Daeng. Hebatlah teman-teman Samarinda ini. Nggak percuma dulu belajar mati-matian di STFT Widya Sasana Malang kalau sekarang kemudian menjadi harapan Keuskupan Agung Samarinda untuk menjadi pengajar.
Reman tambah kurus. Ia sepertinya menderita di seminari menengah, meski dihadapan saya dia bilang diet ketat. Sedang Heri Hibau, ya gitu lah. Masih tetap seperti sedia kala. Masak ketemu saya kayak baru ketemu seminggu lalu. Ga ada kangen-kangennya gitu. Ya ampuunnn...., terlalu kau her. Mereka berdua masih diakon. Februari 2016 mereka akan menerima tahbisan imamat. Di bulan yang sama, Simon Ludianto, kembar dempetnya Nikolous Sujud, dari Palangkaraya juga akan menerima tahbisan. Doakan mereka, teman-teman, supaya semakin mantap menyambut tahbisan imamat tersebut. Semoga saya juga bisa datang di tahbisan mereka. Amin.
Litani Para Kudus

Doa di hadapan Maria, Ibu para Imam

Gladi resik. Senyum Daeng saja sudah bijaksana.
Gladi resik. Rio sudah bisa banyak senyum , nggak manyun terus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar