02 Februari 2016

MAKANAN ITU KENANGAN

Besok di surga itu ya kami makan nasgor dan migor bersama.

Banyak orang punya makanan favorit. Saya sendiri memliki makanan favorit yakni nasi goreng dan mi goreng. Kedua jenis makanan ini adalah makanan yang tidak bisa saya tolak ketika ditawarkan kepada saya. Saya rasa setiap dari kita pasti juga punya makanan favorit yang tidak bisa kita tolak ketika dihadapkan kepada kita.
Teman saya ada yang suka sayur lodeh. Yang lain lagi suka dengan lele goreng, swike, jajanan pasar seperti lemper, lentho (olahan kedelai), bubur sum-sum, dsb. Yang jelas masing-masing punya favorit makanan sendiri-sendiri. Meski jenis makanannya berbeda-beda, namun ada satu kesamaan latar belakang, yakni makanan itu berasal dari kenangan masa lalu. Di sini saya baru sadar bahwa biasanya ada ikatan yang kuat antara makanan favorit kita dengan memori masa kecil. Bahwa apa yang dulunya disajikan oleh orangtua di rumah, maka pada umumnya itulah masakan favorit kita.
Saya bisa mengatakan demikian karena saya juga memiliki pengalaman yang sama. Bahwa nasi goreng sama mi goreng itu menjadi favorit karena terlebih dahulu sudah menjadi makanan yang memorable bagi saya. Pasalnya ini adalah makanan yang biasa dimasak oleh bapak ibu saya sewaktu saya masih kecil. Nasgor bapak saya itu nasgor paling enak yang pernah saya makan, sedangkan mi goreng ibu saya itu jelas yang paling nikmat sedunia.

Teman saya yang punya kesukaan akan sayur lodeh juga menjawab senada. Bahwa makanan-makanan favorit tersebut memiliki ikatan erat dengan kenangan masa lalu, saat masih kecil. Boleh jadi teman saya ini lidah dan seleranya sudah kekinian dengan hobinya yang nongkrong di foodcourt mall-mall atau resto-resto tengah kota dan memakan ramen atau pizza atau ayam goreng tepung renyah krispi (produk sejenis ciptaan Kolonel Sanders), tetapi ketika ditawari sayur lodeh atau sayur asem dengan ikan asin, dia lalu menggila. Kalap alias keluar aslinya. Ternyata lidah ndeso, saudara. Jhaha!!
Tidak ada yang keliru dengan lidah ndeso. Itu artinya dia masih jujur dengan asal usulnya. Maka memang orang tidak bisa mengubur kenangan akan makanan favoritnya dan meminta lidah memungkiri apa yang biasa dirasakannya sewaktu kita masih kecil. Orang bisa saja mengganti logat bicaranya saat ini menjadi logat yang tidak medok lagi seperti bapak ibunya di desa, namun ia tidak bisa memanipulasi lidahnya untuk berganti menu makanan kesukaan. Ngomongnya sih bisa elu elu gue gue atau bahasa indonesia-an terus, tetapi ketika dihadapkan pada sayur asem, sayur lodeh, tempe atau lele penyet, maka biasanya orang ini ampun-ampun dan menyerah untuk kemudian minta diambilkan piring dan nasi panas untuk segera menyantap makanan itu dengan lahapnya.
Lihat, betul kan. Makanan bukan lagi menjadi sekedar makanan, tetapi ia adalah kenangan. Saya kalau lihat nasi goreng dan mi goreng tidak hanya sekedar melihat makanan, tapi saya melihat bapak ibu saya dan kenangan sewaktu saya kecil. Maka besok kalau bapak ibu saya sudah tidak ada, cita-cita saya sederhana, yakni makan nasi dan mi goreng bareng adik saya.Kenangan itu lalu menjadi penanda kehadiran orangtua saya yang tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar